Blogger Backgrounds

Sabtu, 19 Januari 2013

System biaya tradisional



System biaya tradisional hanya membebankan biaya pada produk sebesar biaya produksinya, hal ini sangat berbeda dengan konsep value chain yang membebankan biaya pada produk sebesar biaya dalam pembentukan rangkaian nilai. Oleh karna itu, dalam sistem tradisional, biaya produk terdiri atas 3 elemen yaitu (1) biaya bahan baku (BBB),(2) biaya tenaga kerja langsung (BTKL), (3) biaya overhead pabrik (BOP). BBB dan BTKL merupakan biaya langsung sehingga tidak menimbulkan masalah pembebanan pada produk. Pembebanan BBB dan BTKL dapat di lakukan secara akurat dengan menggunakan pelacakan langsung atau pelacakan driver. Namun, pembebanan BOP menimbulkan masalah. Hal ini disebabkan karna BOP tidak memiliki hubungan masukan – keluaran yang dapat di observasi secara fisik. Oleh karna itu, pembebanan BOP harus mendasarkan pada penelusuran driver dan alokasi.
Dalam sistem tradisional hanya digunakan driver – driver  aktivitas berlevel unit untuk membebankan BOP pada produk. Driver aktivitas berlevel unit adalah fator-faktor yang menyebabkan perubahan biaya sesuai dengan perubahan unit produkyang di produksi. Penggunaan driver biaya berlevel unit untuk membebankan BOP pada produk menggunakan asumsi bahwa overhead yang konsumsi oleh produk mempunyai korelasi sangat tinggi dengan jumlah unit produk yang di produksi. Contoh driver-driver berlevel unit misalnya: (1) un it yang di produksi, (2) presentase dari BBB, (3) presentase dari BTKL, (4) jam kerja langsung, dan (5) jam mesin.
Penggunaan driver berlvel unit memerlukan prediksi level keluaran aktivitas yang di gunakan sebagai ukuran-ukuran driver. Level keluaran aktivitas dapat di golongkan ke dalam: (1) level aktivitas yang diharapkan, (2) level aktivitas normal, (3)level aktivitas praktis, dan (4) level aktivitas teoritis. Level aktiviras diharapkan adalah keluaran aktivitas perusahaan yang di harapkanuntuk di capai dalam satu tahun yangt akan datang. Level aktivitas normal adalah keluaran aktivitas rata-rata satu tahun menurut pengalaman perusahaan selama jangka waktu panjang. Level kapasitas praktis adalah keluaran aktivitas maksimum secara absolut yang dapat direalisasi  jika segala sesuatu beroperasi secara sempurna. Aktivitas praktis adalah kapasitas teoritis di kurangi hambatan-hambatan internal yang tidak dapat di hindari. Aktivitas normal adalah kapasitas teoritis di kurangi hambatan-hambatan internsl dan eksternal  yang tidak dapat dihindari atau sebesar aktivitas  praktis dikurangi hambatan-hambatan eksternal  yang tidak dapat dihindari . pembebanan BOP berdasar driver berlevel unit dapat menggunakan (1) tarif tunggal dan (2) tarif departemental.


KELEMAHAN SISTEM BIAYA TRADISIONAL
Sistem biaya tradisional berdasar tarif  tunggal BOP  dan tarif depaertemental  BOP hanya cocok  dalam lingkungan pemanufakturan tradisional dan persaingan level domestik. Namun, sistem biaya tradisional menimbulkan distorsi biaya jika digunakan dalam lingkungan pemanufakturan maju dan persaingan level global. Lingkungan pemanufakturan maju adalah lingkungan yang disifati oleh persaingan yang tajam dan biasanya berlevel global, penyempurnaan berkesinambungan , tqm, kepuasan konsumen total, dan teknologi yang canggih. Perusahaan yang beroperasi dalam lingkungan pemanufakturan maju harus menggunakan strategi baru untuk mencapai keunggulan. Sistem akuntansi biaya yang digunakan untuk membebankan biaya harus diubah dengan sistem yang cocok dengan lingkungan yaitu dengan menggunakan ABC. Jika sistem biaya todak diubah maka timbul distorsi yang terlalu tinggi (cost overstated atau cost overrun) untuk produk bervolume banyak dan pembebanan biaya yang terlalu rendah (cost understated atau cost underrun) untuk produk yang bervolume sedikit. Dengan kata lain, sistem biaya tradisional menjadi usang dalam lingkungan pemanufakturan maju. Sistem biaya yang usang menimbulkan gejala-gejala sebagai berikut:
a.       Karena terjadi distorsi biaya maka penawaran sulit dijelaskan.
b.       Karena produk bervolume banyak di bebani biaya perunit terlalu besar maka harga jual yang di tawarkan pada konsumen terlalu besar pula dibandingkan dengan para pesaing perusahaan
c.       Harga yang diminta para konsumen untuk produk bervolume banyak mungkin sudaj menguntungkan, namun ditolak oleh perusahaan karena biaya perunitnya terdistorsi menjadi tinggi.
d.       Karena produk bervolume sedikit dibebani biaya perunit terlalu kecil maka harga jual yang ditawarkan pada konsumen terlalu kecil pula dibandingkan dengan para pesaing perusahaan sehingga produk ini laku keras.
e.       Produk bervolume sedikit kelihatannya laba, namun sebenarnya mungkin rugi karena biaya perunitnya dibebani terlalu kecil
f.        Konsumen tidak menggeluh terhadap kenaikan harga jual produk bervolume rendah, hal ini disebabkan biaya perunitnya terdistorsi terlalu rendah sehingga para pesaing yang biaya perunitnya tepat menjual produk yang sama dengan harga yang jauh lebih  mahal.
g.       Meskipun hanya nampak tinggi (namun sebenarnya mungkin rugi), menajer produksi ingin menghentikan produk bervolume kecil karena lebih sulit untuk dibuat.
h.       Departemen akuntansi dan manajemen puncak tidak banyak memperhatikan penyempurnaan sistem akuntansi biaya yang digunakan perusahaan dan para pengguna informasi biaya merasa informasi yang diperolehnya tidak bermanfaat dan bahkan menyesatkan.
Dalam lingkungan pemanufakturan maju, setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan sistem biaya tradisional tidak mampu membebankan BOP secara teliti pada produk yaitu (1) produk yang dihasilkan beberapa jenis. (2) BOP berlevel nonunit jumlahnya relatif besar, dan (3) diversitas produk-produk relatif tinggi. Ketiga faktor tersebut mengharuskan manajemen untuk mengganti sistem biaya tradisional dengan sistem ABC. Dibawah ini dibahas ketiga faktor tersebut:
a.       Perusahaan menghasilkan beberapa jenis produk
Ketepatan pembebanan BOP pada produk tidak menimbulkan masalah jika perusahaan hanya menghasilkan satu jenis produk
b.       BOP berlevel nonunit jumlahnya besar
Sistem biaya tradisional dengan mendasarkan tarif tunggal BOP dan tarif departemental BOP hanya cocok jika sebagian besar BOP didominasi oleh BOP berlevel unit.
c.       Diversitas produk relatif tinggi
Biaya berlevel non unit yang berjumlah besra belum tentu mangakibatkan sistem biaya tradisional menimbulkan distorsi.

DESKRIPSI SISTEM ABC
Sistem ABC adalah sistem yang terdiri atas dua tahap yaitu pertama melacak biaya pada berbagai aktivitas dan kemudian keberbagai produk. Penentuan biaya tradisional juga melibatkan dua tahap, namun tahap-tahapnya berbeda dengan sistem ABC. Pada tahap pertama sistem biaya tradisional, biaya-biaya tidak dilacak ke aktivitas-aktivitas melainkan kesuatu unit organisasi misalnya departemen-departemen dalam pabrik. Baik pada sistem tradisional maupun sistem ABC, tahap kedua meliputi pelacakan biaya ke berbagai produk. perbedaan prinsip perhitungan diantara kedua metode tersebut adalag jumlah cost driver yang digunakan. Sistem ABC menggunakan cost driver dalam jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan sistem tradisional yang hanya menggunakan satu atau dua cost driver berdasarkan unit. Akibatnya, sistem ABC meningkatkan ketelitian pembebanan biaya. Sistem ABC tidak hanya meningkatkan ketelitian pembebanan biaya, namun juga menyediakan informasi tentang biaya berbagai aktivitas sehingga memungkinkan manajemen memfokuskan diri pada aktivitas-aktivitas yang memberikan peluang untuk melakukan penghematan biaya dengan cara : menyederhanakan aktivitas, melaksanakan aktivitas dengan lebih efisien, meniadakan aktivitas yang tak bernilai tambah , dsb. Dibawah ini dibahas dua tahap atau prosedur sistem ABC.
a.       Prosedur tahap pertama
Pada tahap pertama penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas meliputi 4 langkah sebagai berikut : (1) penggolongan berbagai aktivitas, (2) pengasosiasian berbagai biaya dengan berbagai aktivitas, (3) penentuan kelompok-kelompok biaya (cost pools) yang homogen, dan (4) penentuan tarif kelompok (pool rate). Dibawah ini dibahas keempat langkah tersebut:
1.       penggolongan berbagai aktivitas
langkah pertama dalam prosedur tahap pertama ABC adalah penggolongan bernagai aktivitas.
2.       pengasosiasian berbagai biaya dengan berbagai aktivitas
setelah menggolongngkan berbagai aktivitas maka langkah kedua adalah menghubungkan berbagai biaya dengan setiap kelompok aktivitas berdasar pelacakan langsung dan driver-driver sumber
3.       penentuan kelompok-kelompok biaya (cost pools) yang homogen
setelah enghubungkan biaya dengan aktivitas maka dilanjutkan langkah ketiga yaitu penentuan kelompok-kelompok biaya yang homogen. Kelompok biaya homogen adalah sekumpulan biaya overhead yang terhubungkan secara logis dengan tugas-tugas yang dilaksanakan dengan berbagai macam biaya tersebut dapat diterangkan oleh cost driver tunggal.
4.       penentuan tarif kelompok (pool rate)
jika kelompok-kelompok biaya yang homogen telah ditentukan, maka langkah keenpat adalah penentuan tarif kelompok. Tarif kelompok adalah tarif biaya overhead perunit cost driver yang dihitung untuk suatu kelompok aktivitas.
b.       Prosedur tahap kedua
Dalam tahap kedua. BOP setiap kelompok aktivitas dilacak ke berbagai jenis produk dengan menggunakan tarif kelompok yang dikonsumsi oleh setiap produk. Pembebanan BOP pada produk dihitung dengan rumus sebagai berikut:

c.       Contoh penentuan biaya sistem ABC
Untuk memberikan gambaran penerapan sistem ABC kedalam prosedur tahap pertama dan prosedur tahap kedua, dibawah ini  digunakan contoh PT INDOJAYA yang telah dibahas dimuka berdasarkan sistem biaya tradisional. Langkah-langkah pembebanan biaya dengan sistem ABC adalah (1) penentuan tarif BOP  perkelompok aktivitas, (2) pembebanan BOP pada produk, dan (3) penentuan biaya total dan biaya perunit.

1.       penentuan tarif BOP  perkelompok aktivitas
berdasar data PT INDOJAYA, aktivitas-aktivitas perusahaan dapat digolongkan ke dalam 4 kelompok aktivitas yaitu: (a) aktivitas berlevel unit, (b) aktivitas berlevel batch, (c) aktivitas berlevel produk, dan (d) aktivitas berlevel fasilitas. Tarif BOP per kelompok aktivitas dapat di hitung dengan rumus:


jika driver biaya aktivitas berlevel unit menggunakan jam mesin (JM), berlevel batch menggunakan jumlah batch, berlevel menggunakan produksi berjalan (PB), dan berlevel fasilitas berdasar luas lantai fasilitas (LL), maka tarif BOP tampak pada peraga 6.7


2.       pembebanan BOP pada produk
pembebanan BOP pada produk digunakan rumus sebesar tarif BOP per driver biaya setiap kelompok aktivitas dikalikan driver biaya yang dikonsumsi oleh setiap jenis produk. Untuk BOP berlevel unit dapat digunakan pelacakan langsung, BOP berlevel batch dan penopak produkdapat digunakan pelacakan driver, sedangkan BOP berlevel penopak aktivitas digunakan alokasi berdasar kebijakan menajamen misalnya 2:1. Maka pembebanan BOP


3.       penentuan biaya total dan biaya perunit.
Setelah BOP dibebankan pada setiap jenis produk berdasar sistem ABC, langkah selanjutnya adalah penentuan biaya total dan biaya per unit setiap jenis produk. Besarnya biaya total dan biaya per unit produk tampak pada peraga 6.9 :

                Dalam lingkungan pemanufakturan maju, sistem ABC dapat membebankan biaya kepada objek biaya secara lebih teliti dibandingkan sistem tradisional. Sebagai contoh, penentuan biaya total dan biaya per unit berdasar sistem tradisional dan sistem ABC pada PT INDOJAYA tampak peraga 6.10
                

IDENTIFIKASI DAN PENGGOLONGAN AKTIVITAS
     Dalam deskripsi sistem ABC telah diuraikan bahwa sistem ABC mempunyai dua prosedur yaitu tahap pertama dan tahap kedua. Tahap pertama terdiri atas :
·         Pengidentifikasian Aktivitas
·         Pengasosasian biaya dengan aktivitas
·         Pengelompokkan aktivitas – aktivitas homogin menjadi kelompok biaya
·         Penentuan tarif BOP perkelompokan aktivitas
      Tahap kedua adalah pembebanan BOP pada produk berdasar tarif BOP per kelompok aktivitas sesuai dengan aktivitas – aktivitas yang dikonsumsi oleh suatu produk.
a.       Identifikasi Aktivitas
Fokus ABC adalah aktivitas – aktivitas. Maka tahap pertama dalam mendesain sistem ABC adalah pengidentiifikasian aktivitas. Aktivitas adalah tindakan atau pekerjaan yang dilaksanakan. Pengidentifikasian aktivitas merupakan jawaban sederhana atau pertanyaan mengenai : apa pekerjaan yang Anda laksanakan ? Jadi, pengidentifikasian aktivitas adalah proses mengobservasi dan mendaftar pekerjaan atau tindakan – tindakan yang dilaksanakan dalam organisasi yang melibatkan konsumsi sumber – sumber. Umumnya, aktivitas – aktivitas dalam organisasi untuk memuaskan kebutuhan – kebutuhan para konsumen. Aktivitas – aktivitas merupakan “blok bangunan” untuk penentuan biaya produk dan penyempurnaan berkesinambungan.
Setelah aktivitas – aktivitas diidentifikasikan, aktivitas – aktivitas tersebut didaftar dalam suatu dokumen yang disebut daftar aktivitas. Daftar aktivitas adalah dokumen aktivitas dalam suatu organisasi. Contoh daftar aktivitas tampak pada peraga 6.11. Setelah disusun daftar aktivitas, selanjutnya ditentukan atribut – atribut aktivitas yang digunakan untuk mendeskripsi dan menggolongkan aktivitas – aktivitas. Atribut aktivitas adalah elemen – elemen informasi keuangan dan non keuangan yang mendeskripsikan aktivitas – aktivitas secara individual.
b.       Penggolongan Aktivitas
Penggolongan aktifitas mencakup :
·         Penggolongan Level Aktivitas
·         Penggolongan Driver Aktivitas

 Sesuai dengan levelnya, aktivitas – aktivitas dapat digolongkan menjadi :
·       Level Unit
·       Level Batch
·       Level Produk
·       Level Aktivitas     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar