gizi buruk (FOTO ANTARA)
Pontianak (Antara Sumsel) - Tercatat hampir 90 persen
kasus gizi buruk yang terjadi di Provinsi Kalimantan Barat akibat faktor
kemiskinan keluarga.
"Faktor ketidakmampuan secara ekonomi, maka
terjadilah kasus gizi buruk karena pendapatan yang ada digunakan untuk memenuhi
kebutuhan lain," kata Kepala Seksi Gizi, Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar,
Hendri Hadad di Pontianak, Kamis.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, pada
tahun 2010 terdapat 604 kasus gizi buruk, dengan 10 kematian. Tahun 2011,
terdapat 324 kasus gizi buruk, 16 kematian. Pada tahun 2012, ada 346 kasus
dengan tujuh kematian.
Ia mengakui, hingga kini masih ditemukan kasus gizi
buruk di Kalbar. "Dan ini menjadi prioritas pemerintah dalam
penanganannya," ujar dia
Menurut dia, ada sejumlah pemicu sehingga angka gizi
buruk masih ada di Kalbar. Diantaranya dari pihak keluarga, dimana ibu yang
mempunyai anak balita jarang ke posyandu untuk timbang anak. "Kalau rutin
ke posyandu, seandainya terjadi penurunan berat badan anak, dapat segera
diantisipasi," kata Hendri Hadad yang juga Wakil Ketua Persatuan Ahli Gizi
Kalbar itu.
Kemudian, turunnya partisipasi masyarakat dalam
posyandu sehingga banyak yang tidak aktif. Sedangkan dari faktor non kesehatan,
berupa kemiskinan, sosial budaya, pendidikan serta infrastruktur.
"Sementara untuk pemicu dari faktor kesehatan, karena pengetahuan gizi
masyarakat yang kurang," katanya.
Setiap kabupaten dan kota di Kalbar kini telah memiliki puskesmas perawatan pemulihan gizi untuk menangani para penderita gizi buruk.
Setiap kabupaten dan kota di Kalbar kini telah memiliki puskesmas perawatan pemulihan gizi untuk menangani para penderita gizi buruk.
Setiap puskesmas, mempunyai satu dokter, perawat dan
ahli gizi yang dapat menangani kasus gizi buruk. "Tahun ini, mereka akan
dilatih," kata dia.
Kalbar menempati peringkat 27 dari 33 provinsi di
Indonesia dalam riset kesehatan dasar. Parameternya diantaranya dari status
gizi serta status ukuran anak berbanding berat badan.
Salah satu upaya untuk meningkatkan gizi adalah
"Gerakan 1.000 hari". "Gerakan ini untuk menyadarkan masyarakat
bahwa penentu masa depan anak-anak di 1.000 hari pertama, mulai dari masih
dalam kandungan hingga berusia dua tahun," kata Hendri Hadad.
Ia menegaskan, kalau masyarakat tidak serius maka
tumbuh kembang anak menjadi tidak maksimal, terutama dari segi kecerdasan.
Analisis :
KEMISKINAN yang
dialami masyarakat atau keluarga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya
gizi buruk pada bayi. Kemiskinan membuat orangtua tidak sanggup memberikan
asupan gizi yang cukup terhadap bayi sehingga bayi mengalami kekurangan gizi. Karena,
rendahnya pendapatan masyarakat akibat
kemiskinan membuat orang tidak sanggup memenuhi asupan makanan bergizi
untuk bayi. Hal inilah yang menyebabkan balita atau bayi mudah terserang
infeksi seperti batuk, pilek, yang berdampak pada penurunan nafsu makan
bayi sehingga berat badan bayi menurun dan berujung pada masalah gizi buruk.
Menanggulangi masalah tersebut, Pemerintah Kota
menyediakan biaya pemberian makanan tambahan (PMT) untuk bayi dan ibu hamil
yang merupakan langkah jangka pendek. Sumber dananya dari dana alokasi umum
(DAU). Dan petugas harus memberikan penyuluhan tentang gizi di posyandu kepada masyarakat
selama kegiatan posyandu.
Bagaimana
pun, generasi penerus bangsa adalah merupakan tanggung jawab pemerintah juga. Generasi
yang cerdas dan berprestasi adalah awal masa depan yang cerah bagi bangsa.
Terimakasih