Blogger Backgrounds

Jumat, 03 Mei 2013

90 persen gizi buruk akibat kemiskinan


90 persen gizi buruk akibat kemiskinan
gizi buruk (FOTO ANTARA)


Pontianak (Antara Sumsel) - Tercatat hampir 90 persen kasus gizi buruk yang terjadi di Provinsi Kalimantan Barat akibat faktor kemiskinan keluarga.
"Faktor ketidakmampuan secara ekonomi, maka terjadilah kasus gizi buruk karena pendapatan yang ada digunakan untuk memenuhi kebutuhan lain," kata Kepala Seksi Gizi, Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, Hendri Hadad di Pontianak, Kamis.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, pada tahun 2010 terdapat 604 kasus gizi buruk, dengan 10 kematian. Tahun 2011, terdapat 324 kasus gizi buruk, 16 kematian. Pada tahun 2012, ada 346 kasus dengan tujuh kematian.
Ia mengakui, hingga kini masih ditemukan kasus gizi buruk di Kalbar. "Dan ini menjadi prioritas pemerintah dalam penanganannya," ujar dia
Menurut dia, ada sejumlah pemicu sehingga angka gizi buruk masih ada di Kalbar. Diantaranya dari pihak keluarga, dimana ibu yang mempunyai anak balita jarang ke posyandu untuk timbang anak. "Kalau rutin ke posyandu, seandainya terjadi penurunan berat badan anak, dapat segera diantisipasi," kata Hendri Hadad yang juga Wakil Ketua Persatuan Ahli Gizi Kalbar itu.
Kemudian, turunnya partisipasi masyarakat dalam posyandu sehingga banyak yang tidak aktif. Sedangkan dari faktor non kesehatan, berupa kemiskinan, sosial budaya, pendidikan serta infrastruktur. "Sementara untuk pemicu dari faktor kesehatan, karena pengetahuan gizi masyarakat yang kurang," katanya.

Setiap kabupaten dan kota di Kalbar kini telah memiliki puskesmas perawatan pemulihan gizi untuk menangani para penderita gizi buruk.
Setiap puskesmas, mempunyai satu dokter, perawat dan ahli gizi yang dapat menangani kasus gizi buruk. "Tahun ini, mereka akan dilatih," kata dia.
Kalbar menempati peringkat 27 dari 33 provinsi di Indonesia dalam riset kesehatan dasar. Parameternya diantaranya dari status gizi serta status ukuran anak berbanding berat badan.
Salah satu upaya untuk meningkatkan gizi adalah "Gerakan 1.000 hari". "Gerakan ini untuk menyadarkan masyarakat bahwa penentu masa depan anak-anak di 1.000 hari pertama, mulai dari masih dalam kandungan hingga berusia dua tahun," kata Hendri Hadad.
Ia menegaskan, kalau masyarakat tidak serius maka tumbuh kembang anak menjadi tidak maksimal, terutama dari segi kecerdasan.



Analisis :
            KEMISKINAN yang dialami masyarakat atau keluarga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya gizi buruk pada bayi. Kemiskinan membuat orangtua tidak sanggup memberikan asupan gizi yang cukup terhadap bayi sehingga bayi mengalami kekurangan gizi. Karena, rendahnya pendapatan masyarakat akibat kemiskinan membuat orang tidak sanggup memenuhi asupan makanan  bergizi untuk  bayi. Hal inilah yang menyebabkan balita atau bayi mudah terserang infeksi seperti batuk, pilek, yang berdampak pada penurunan nafsu  makan bayi sehingga berat badan bayi menurun dan berujung pada masalah gizi buruk.
Menanggulangi masalah tersebut, Pemerintah Kota menyediakan biaya pemberian makanan tambahan (PMT) untuk bayi dan ibu hamil yang merupakan langkah jangka pendek. Sumber dananya dari dana alokasi umum (DAU). Dan petugas harus memberikan penyuluhan tentang gizi di posyandu kepada masyarakat selama kegiatan posyandu.
            Bagaimana pun, generasi penerus bangsa adalah merupakan tanggung jawab pemerintah juga. Generasi yang cerdas dan berprestasi adalah awal masa depan yang cerah bagi bangsa.
Terimakasih

1 komentar: